Monday, February 5, 2018

Janji Suci yang Ternoda

Seperti itu kah cinta yang telah di naungi atap yang bernama rumah tangga
Seperti ini kah cinta setelah diikat oleh logam panas yang dibentuk menjadi cincin perkawinan
Ketika waktu telah mengoyak pondasi ikrar suci
Ketika isteri-isteri berubah wujud menjadi srigala bertina yang bertaring dan menakutkan
Tak lagi mau mendengarkan curhatan
Sibuk dengan kehidupan luar tapi lalai membelai
Dan sentuhan dan tatapan itu tak lagi hangat tapi dingin membeku hingga ke kuku-kuku

Maka jangan salahkan suami yang mencari kenyaman perempuan lain
Jangan salahkan suami yang mencari sentuhan lembut perempuan lain
Jangan salahkan suami yang mencari selimut hangat perempuan lain

Om Danu sangat baik padaku
Ia membelikanku mesin cuci baru
Katanya tanganku hanya digunakan untuk membelainya saja

Benar, benar, benar, dan sekali lagi benar
Semua itu bukan atas berlandasan cinta
Menjadi kuli cuci tidak cukup untukku menambal hidup
Ah... mungkin ini terdengar basi tapi itulah yang terjadi

Dalam kesendirian yang hampa
Hatiku bertanya-tanya
Bagaimana jika nanti aku menikah dengan bambang
Lalu dengung panjang mengambang di awang-awang

Lila Saraswaty
Kalibata, 5 Februari 2018
Danu...Bajingan Kau!

Di atas dipan basah
Mawar berduri itu mengelopak merekah
Pelan-pelan ia membungkuk
Beringas mengendus-endus nadi
musik berdebu melantun mengiringi
lirik dosa

Lalu, "Ooohh dan aaah!"
"Sruak...!"
"Brakkk!"
"Danuuuu....!"
"Bajingan kau....!"

Suara perempuan bertubuh tambun melengking berdengking  memekakkan kuping
Membuat kocar kacir sepasang cicak yang sedang asik bercinta di atap rumah petakanku

Kaget bukan kepalang
Berahi lari tunggang langgang
Hawa Nafsu tertunduk malu ditempeleng dan ditendang

"Perempuan haram jadah!"
Tatapan mata membunuh perempuan itu menuduh
Lontaran cacian dan makian menghujam menusuk bak sembilu
Mulutnya merapalkan sumpah serapah
Yang bagiku semuanya terdengar seperti mantra sampah

Perempuan itu menyeret-nyeret Om Danu
yang masih setengah telanjang masuk ke dalam mobil mercy mewah

Setelah semua pergi
Senyap mengendap-endap menyergap
Aku belum beranjak dari dipan yang seketika terasa dingin
Bibirku kelu
Tubuhku kaku
Mulutku gagu
Sesak menyeruak
Perih merintih
Sedih mendidih
Pilu membiru

Lila Saraswaty
Kalibata, 5 Februari 2018
Memeluk Resah

Katamu kota ini adalah muaranya mimpi
Bagi sekawanan burung yang bermigrasi
Katamu kota ini adalah sumber mata air telaga
Bagi sekawanan rusa yang kehausan di tengah rimba
Tapi kenyataannya
Semua hanyalah fatamorgana
Mungkin angin telah meniadakannya
Atau mungkin aku saja yang selama ini buta
Termakan cerita drama yang kerap berakhir bahagia

Kepada kamu: kekasihku
Bolehkah aku pinjam bahumu
Untuk sejenak merebahkan gelisahku
Aku ingin bersama menyisiri belantara hidup ini bersamamu
Meski harus berjibaku dengan getirnya waktu
Meski harus terseok-seok melangkah di jalan semu
Meski harus merintih merintis harapan pilu

Kepada kamu: kekasihku
Genggamlah terus jemariku
Karena kau lah kini muara mimpiku
Karena kau lah kini sumber mata air telaga bahagiaku

Di batas ufuk, mentari perlahan-lahan menghilang dikunyah lautan
Di atas buritan, Bambang mendekapku erat tanpa malu
Pandangannya kini melaut wagu
Siut angin memain-mainkankan angannya yang kini menggelombang ragu
Tangannya kini lemah menggenggam mimpi yang kian mengabu-abu

Lila Saraswaty
Kalibata, 5 Februari 2018
Rembulan di Kubangan

Singgih, Aku mendengar kau telah  menikahi
perempuan baik-baik bernama Nurhana
Ada bahagia seketika membahana
Ada lirih seketika merintih
Ketika hadirmu tak lagi utuh
Siluetmu saja yang kerap berhenti di depan pintu
Lalu menghilang di jalan itu

Singgih, dari kejauhan sayup ku dengar
Suaramu yang memendarkan getar
Menempias getas di tapal batas
Kau masih meneriakkan cinta padaku
Tidak singgih!
Ini semua telah usai sebelum dimulai
Kau telah memiliki Nurhana
Dan aku mencintai Bambang
Lagi pula apa yang tersisa dariku
Selain cinta yang terbungkus noda
Ini adalah tempatku
Jalan yang basah
Langit hitam yang membelah
Deretan bohlam kusam
Dipan kayu dan rasa perih
Rembulan di kubangan

Singgih, dari pucuk harapanku
Menjura iba dalam gumam doa
Untuk kebahagianmu
Detik ini hingga mati
Dan teruslah menari di panggung hidup
dengan cahaya cinta bernama Nurhana

Lila Saraswaty
30 Januari 2018

Kehidupan… Kehidupan berdetak saat mentari bersinar kemilau Saat tirai malam berganti tirai langit biru Dan sayap-sayap mimpi men...