Sunday, May 27, 2018



Kehidupan…
Kehidupan berdetak saat mentari bersinar kemilau
Saat tirai malam berganti tirai langit biru
Dan sayap-sayap mimpi menerbangkan asa baru  
Dalam kepakannya terselip doa tulus dari seorang ibu
ringankan langkah kaki kecil menjalani lika liku waktu

Waktu…
Waktu adalah ilusi yang menjadi misteri Ilahi
Yang melesat cepat tanpa daya kendali diri
Waktu adalah emas yang patutnya disyukuri
dalam setiap hembusan napas
namun, waktu jua yang mengantarkan  jiwa pada satu titik berbatas
kembali pulang setelah merantau  ke kota seberang
kembali ke rumah, yang dikelilingi gunung yang berbaris panjang
yang jalan setapaknya tersimpan sepasang jejak

Jejak….
dalam jejak terbentang  yang terasa singkat ini
telah terususun babak kehidupan panjang melintang
dan telah ku lalui jalan berliku penuh duri
dan atas nama jejak dan waktu
menjura rasa syukur untukMu: Tuhan

Tuhan…
Tuhan Yang Maha Esa
Tuhan Pencipta semesta dan segala isinya
 Kau lah tempat aku mengadu atas segala keluh
Oh Tuhan, di dalam kesunyian sujudku
dalam sembahyang malamku
hamba mengerimis tangis  dan tersungkur dalam
teringat dosa-dosa yang menjelaga kelam

Friday, March 9, 2018

Akhir-akhir ini aku kerap melihat bayanganmu
Mengendap-endap di antara mimpi dan memoriku

-Lila-
Sepasang Tiada

Kita adalah sepasang tiada
Yang berjalan di ketiadaan

Kita adalah sepasang mata
Yang menatap senja yang sama

Kita adalah sepasang bara
Yang terbakar bersama api gelora

Kita adalah sisa-sisa kenangan
Yang terserak di ceruk angan

Kita adalah kata
Yang menjelma gema.

Lila Saraswaty
08 Januari 2018
Retak Mengelopak

Hari hampir gelap
Mengapa bibir kita tak juga saling cakap
Kata-kata seperti tersekap
Di antara ruang-ruang senyap

Cintaku merana
Terbang tersapu angin dan jatuh ke telaga keheningan

Rinduku merintih
Terkulai perih tak berdaya di sudut ruang-ruang sunyi

Wajah rupawan potret kebahagiaan
Ternyata hanya sekedar dusta tipuan

Pikiranku membelukar gundah
Memapah getar rasa yang kini melemah

Retak mengelopak
Aku berada di persimpangan jalan
Dan genggaman kita pun kian terlepas
Sinar mata tak lagi hangat
Dan malam-malam semakin dingin dan pekat
Haruskah ku cari cinta lain di luar sana
Sebagai lelaki yang kini papa sentuhan
Bisa saja sewaktu-waktu langkahku tergelincir
Mengotori ikatan suci
Ah...ini lah ketakutan yang akut
Berharaplah ini hanya gurauan

Duduklah sini di sebelahku
Sudah lama kita tidak duduk mesra berdampingan, bukan?
Kemarilah.... Kita dengarkan kembali rekaman senandung tawa renyah rumah kita
Dulu ketika di awal kita meniti menggapai mimpi
Dulu ketika cinta kita bergelora sengit
Dulu ketika kau sering merebah manja di sudut dadaku
Dulu ketika jemari kita bersentuhan dan bibir kita bertemu
Aku berharap kau ingat itu sayang

Pernah di satu malam
Di tengah keheningan kelam
Saat itu matamu masih terpejam
Aku menangis sepuas-puasnya
Dan, merapal doa-doa yang panjang
Untukmu, untuk kita

Perempuanku
Biar hati remuk redam
Biar jiwa merintih letih
Aku masih berkeras bertahan di sini

Lila Saraswaty
Kalibata, 1 Maret 2018
Selamat Tidur Danu

Terdengar berita, kau diringkus
Di lorong-lorong lubang tikus
Aksi bulusmu terendus
Ternyata pulusmu hasil modus
Kini, anak dan istrimu tak lagi terurus
Tinggal kau sendiri yang semakin kurus

Bagaimanakah rasanya Danu?
Duduk di kursi pesakitan
Tersekap dalam tirai besi berkarat
Terpasung dinding-dinding dingin

Tak ada lagi kerat uang di saku seragam kebanggaan
Kakimu tak lagi mengusik dosa di bawah kursi empuk jabatan
Tak bisa lagi kau lihat tawa bahagia seringan bulu dari anak dan istrimu
Tak bakal lagi kau reguk bibir dan menciumi aroma bunga di belahan dadaku
Sungguh kau telah kehilangan semuanya, Danu.

Apa yang kau lihat di dalam jeruji itu?
Detik yang mati
Matahari menggantung semu
Ruang-ruang pengap dan gelap
Gambar-gambar yang memudar
Mimpi yang telah pergi

Apa kabarmu, Danu?
Dari luar jeruji aku menyapamu
Kenapa kini kau membisu
Kau tertunduk terpuruk malu
Tatapan matamu sayu
Ku jelajahi raut wajahmu yang kini layu
Dan, perlahan mataku menggerimis menatapmu

****
Di sudut ruang gelap kamarku
Di bawah redup rembulan
Ingatanku kembali terburai
Sekelebat bayangmu memaku
diam di malam yang muram
Wajahmu menempias sedih di jelaga mataku
Lirih kupanjatkan doa untukmu
Semoga ini adalah titik balik
Pertemuan titik sinar terang
Di mata hatimu

Selamat tidur Danu....



Lila Saraswaty
25 Februari 2018

Kepingan Kisah Marsiti
Bolehkan ku simpan gantungan kunci ini?

Untuk mengingatkanku pada suatu saat di sebuah kampung yang jalannya berbatu dan dindingnya berpelangi

Untuk membawaku kembali ke kota dimana sepotong strudel dihidangkan dengan secangkir kopi yang wanginya tak lekas pergi

Untuk membuka pintu kenangan itu saat kau meninggalkannya terserak di antara langkah kaki orang-orang yang bergegas pulang

Baiklah aku sederhanakan,
Untuk memanggilmu kembali mengingat hangat nafasku


Di hati yang hanya sepotong ini aku hanya bisa mengingat matamu

Lila Saraswaty
Malang, 20 Januari 2018
-kepingan kisah cinta Vanya dan Harry-
 
Rindu yang Tak Boleh


Senyum tersembunyi di antara pori kain tipis
Makin hilang saat kau menunduk manis
Salam dan tangan kau satukan di dada
Memberi tanda selalu terjaga
Engkau berhasil menyembunyikan senyum
Tapi tidak rasa, dik..


...Terpaku getarku saat pertama melihatmu
...Menancapkan rasa yang malu-malu di jelang pagiku yang tersipu
...Bahagia memendar dari balik senyumku
...Bunga-bunga di taman seketika bermekaran
...Kupu-kupu menari kesana kemari

Beberapa kali bertemu tapi bukan untuk menuntaskan rindu
Tegur sapa seadanya
Seolah hati dapat dibohongi
Perhatian itu tampak jelas, dik..
Dari binar ujung mata kenari kau coba mencari
Kemana bayangku pergi

...Ada rindu yang terus bernyawa
...Membawa inginku selalu bertemu
...Pijar senyumanmu menggugat mata ingin terus berada dalam orbitmu
...Tapi aku ingin kau tak tahu
...Dalam tatap acuh tak acuh
...Ada suka menderas dan menghanyutkan
...Di ruang sunyi, ingkarku tak lagi mampu menyingkirkan bayanganmu


Aku bisa apa? Dik...
Bermain dengan hujan pasti basah yang kan terkenang
Memantik cinta dengan mu seperti menari dalam diam


...Usahlah kau tanya mas...
...Hujan tengah menyusun kerangka cerita kita
...Dalam hujan biarkan rasa mengerang dalam diam
...Dalam hujan biarkan rindu menari-nari


Aku mungkin merindu
Pada kedamaian raut mukamu
Yakinlah aku bahwa engkau pantas ditunggu
Apa yang akan menjaga rasa itu?
Perjumpaan yang menautkan jemari
Atau sekedar bertemu senyum yang engkau sembunyikan itu?
Ah, aku jalani saja, dik...
Tak tahu sampai kapan bayangmu mampu membunuh akal sehatku


...Rindu adalah nyanyian syahdu
...Kita adalah melodinya
...Biarkan saja rasa menari mengikuti dentingnya
...Dari jauh ku timang rasa ini
...Meskipun saat ini jemari tak dapat merekat
...Karena kuasa rindu akan mengantarkan kita di jalan pertemuan dengan sendirinya
...Mungkin besok atau lusa
....Apalagi yang bisa kurangkum selain doa
...Selebihnya adalah rindu yang mengembun di nadi cinta
 

noe_ichwanusshofa
Lila Saraswaty

Kehidupan… Kehidupan berdetak saat mentari bersinar kemilau Saat tirai malam berganti tirai langit biru Dan sayap-sayap mimpi men...