Friday, March 9, 2018

Retak Mengelopak

Hari hampir gelap
Mengapa bibir kita tak juga saling cakap
Kata-kata seperti tersekap
Di antara ruang-ruang senyap

Cintaku merana
Terbang tersapu angin dan jatuh ke telaga keheningan

Rinduku merintih
Terkulai perih tak berdaya di sudut ruang-ruang sunyi

Wajah rupawan potret kebahagiaan
Ternyata hanya sekedar dusta tipuan

Pikiranku membelukar gundah
Memapah getar rasa yang kini melemah

Retak mengelopak
Aku berada di persimpangan jalan
Dan genggaman kita pun kian terlepas
Sinar mata tak lagi hangat
Dan malam-malam semakin dingin dan pekat
Haruskah ku cari cinta lain di luar sana
Sebagai lelaki yang kini papa sentuhan
Bisa saja sewaktu-waktu langkahku tergelincir
Mengotori ikatan suci
Ah...ini lah ketakutan yang akut
Berharaplah ini hanya gurauan

Duduklah sini di sebelahku
Sudah lama kita tidak duduk mesra berdampingan, bukan?
Kemarilah.... Kita dengarkan kembali rekaman senandung tawa renyah rumah kita
Dulu ketika di awal kita meniti menggapai mimpi
Dulu ketika cinta kita bergelora sengit
Dulu ketika kau sering merebah manja di sudut dadaku
Dulu ketika jemari kita bersentuhan dan bibir kita bertemu
Aku berharap kau ingat itu sayang

Pernah di satu malam
Di tengah keheningan kelam
Saat itu matamu masih terpejam
Aku menangis sepuas-puasnya
Dan, merapal doa-doa yang panjang
Untukmu, untuk kita

Perempuanku
Biar hati remuk redam
Biar jiwa merintih letih
Aku masih berkeras bertahan di sini

Lila Saraswaty
Kalibata, 1 Maret 2018

No comments:

Post a Comment

Kehidupan… Kehidupan berdetak saat mentari bersinar kemilau Saat tirai malam berganti tirai langit biru Dan sayap-sayap mimpi men...