Retak Mengelopak
Hari hampir gelap
Mengapa bibir kita tak juga saling cakap
Kata-kata seperti tersekap
Di antara ruang-ruang senyap
Cintaku merana
Terbang tersapu angin dan jatuh ke telaga keheningan
Rinduku merintih
Terkulai perih tak berdaya di sudut ruang-ruang sunyi
Wajah rupawan potret kebahagiaan
Ternyata hanya sekedar dusta tipuan
Pikiranku membelukar gundah
Memapah getar rasa yang kini melemah
Retak mengelopak
Aku berada di persimpangan jalan
Dan genggaman kita pun kian terlepas
Sinar mata tak lagi hangat
Dan malam-malam semakin dingin dan pekat
Haruskah ku cari cinta lain di luar sana
Sebagai lelaki yang kini papa sentuhan
Bisa saja sewaktu-waktu langkahku tergelincir
Mengotori ikatan suci
Ah...ini lah ketakutan yang akut
Berharaplah ini hanya gurauan
Duduklah sini di sebelahku
Sudah lama kita tidak duduk mesra berdampingan, bukan?
Kemarilah.... Kita dengarkan kembali rekaman senandung tawa renyah rumah kita
Dulu ketika di awal kita meniti menggapai mimpi
Dulu ketika cinta kita bergelora sengit
Dulu ketika kau sering merebah manja di sudut dadaku
Dulu ketika jemari kita bersentuhan dan bibir kita bertemu
Aku berharap kau ingat itu sayang
Pernah di satu malam
Di tengah keheningan kelam
Saat itu matamu masih terpejam
Aku menangis sepuas-puasnya
Dan, merapal doa-doa yang panjang
Untukmu, untuk kita
Perempuanku
Biar hati remuk redam
Biar jiwa merintih letih
Aku masih berkeras bertahan di sini
Lila Saraswaty
Kalibata, 1 Maret 2018
No comments:
Post a Comment